Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 15 Desember 2008

Ansietas (berat sampai panik)/ketakutan

Dapat dihubungkan dengan

Ingatan saat ini tentang kejadian hidup traumatik pada masa lalu, seperti bencana alam, kecelakaan, perkosaan, penyerangan, ancaman terhadap konsep diri/kematian, perubahan lingkungan

Kemungkinan ditandai oleh

Peningkatan ketegangan, gelisah

Rasa tidak berdaya, keprihatinan, ketakutan, ketidaktentuan/konfusi

Keluhan somatik, stimulasi simpatis

Rasa ancaman hukuman; ketakutan, teror, panik dan menarik diri

Kriteria hasil

Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan ansietas terhadap stimulus yang menakutakan

Mengidentifikasi cara sehat untuk menangani perasaan ini

Menunjukkan kemampuan menghadapi situasi mengguanakan keterampilan penyelesaian masalah

Menunjukkan penurunan gejala fisiologis

INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri

Kaji derajat ansietas yang muncul, perilaku yang berkaitan, dan realitas ancaman yang dirasakan oleh klien.




Pertahankan dan hargai batas ruang pribadi klien (kira-kira diameter 120 cm di sekeliling klien).


Bentuk hubungan saling percaya dengan klien.



Identifikasi apakah peristiwa telah teraktivasi situasi yang ada sebelumnya atau menyertai situasi (fisik/psikologis).


Observasi dan dapatkan informasi tentang cedera fisik, dan kaji gejala seperti mati rasa, sakit kepala, dada terasa sesak, mual, dan jantung berdetak keras.



Perhatikan adanya nyeri kronis atau gejala nyeri lebih dari derajat cedera fisik.


Evaluasi aspek sosial trauma/peristiwa tersebut (mis. Kecacatan, kondisi kronis, ketidakmampuan permanen).


Identifikasi respons psikologis. Perhatikan perilaku tertawa, menangis, tenang, atau agitasi, eksitasi (histeris), ekspresi ketidakpercayaan dan/atau menyalahkan diri sendiri. Catat perubahan emosi.

Tentukan derajat disorganisasi. Indikator tingkat intervensi yang dibutuhkan (mis. mungkin harus dilakukan hospitalisasi jika disorganisasi berat). Perhatikan tanda peningkatan ansietas (mis. diam, gagap, tidak dapat tenang)

Identifikasi perkembangan reaksi fobik terhadap benda biasa (mis. pisau), situasi, dan kejadian.



Dampingi klien, pertahankan sikap tenang dan percaya diri. Bicara dengan pernyataan singkat, gunakan kata-kata sederhana.

Sediakan lingkungan yang konsisten, dan tidak mengancam.



Tingkatkan aktivitas/ keterlibatan dengan orang lain secara bertahap.


Diskusikan persepsi klien tentang apa yang menyebabkan ansietas.





Bantu klien memperbaiki setiap distorsi yang dialami. Bagi persepsi dengan klien.





Bantu klien mengidentifikasi persaan yang dialami dan berfokus pada bagaimana kopingnya. Anjurkan klien untuk membuat jurnal tentang perasaannya, faktor yang mencetuskan, perilaku yang berkaitan.



Gali dengan klien cara klien menghadapi peristiwa yang menimbulkan cemas sebelum trauma.

Libatkan klien dalam mempelajari perilaku koping yang baru (mis. relaksasi otot progresif, berhenti berpikir).








Beri umpan balik positif jika klien mendemonstrasikan cara yang lebih baik untuk menangani ansietas dan mampu menguasai situasi dengan tenang dan/atau realistik.




Kolaborasi

Beri obat sesuai indikasi, mis.: Antidepresan:fluoksetin (prozac), amoksapin (asendin), doksepin (sinequan), imipramin (trofranil),inhibitor MAO fenelzin (nardil);







Penyekat beta, mis.propranolol (Inderal);


Asam valproat (Depakene), karbamazepin (tegretol), atau klonodin (catapres);




Benzodiazepin, mis.: alprazolam (Xanax), klonazepam (klonopin);





Antipsikotik, mis.: fenotiazin: klorpromazin (Thorazine)




Beri terapi penunjang, mis.: hipnosis; desensitisasi gerakan mata/reproses (Eye Movement Desensitization/Reprocessing, EMD/R) atau terapi Reproses Pikiran (Thought Reprocessing Therapy) jika sesuai.





Mengidentifikasi kebutuhan untuk mengembangkan rencana keperawatan. Pemahaman persepsi klien secara jelas sangat penting untuk memberi bantuan yang tepat dalam mengatasi rasa takut.

Masuk keruang pribadi klien tanpa izin dapat mengakibatkan ansietas yang lebih besar, mengakibatkan tindakan kekerasan.

Rasa percaya merupakan dasar hubungan terapeutik sehingga perawat dapat bekerja lebih efektif.

Masalah fisiologis akan kembali terulang setiap trauma kembali dialami dan dapat mempengaruhi cara pandang klien terhadap situasi pada saat ini.

Cedera fisik mungkin dapat terjadi selama suatu kejadian , yang mungkin tertutup oleh ansietas situasi saat itu. Hal ini perlu diidentifikasi dan dibedakan dengan gejala ansietas sehingga dapat diberi penanganan yang tepat.

Respon psikologis dapat memperburuk gejala fisik.


Masalah yang terjadi pada trauma sebenarnya dapat dijadikan pengingat yang terlihat yang harus dihadapi setiap hari.

Meskipun hal ini merupakan respon normal pada saat terjadi trauma, respon ini dapat terulang lagi hingga respon ini dapat dihadapi secara adekuat.


Dapat menunjukkan ketidakmampuan menangani kejadian saat itu (mis. perasaan atau terapi, menetukan perlunya evaluasi yang lebih intensif).


Hal ini dapat memicu perasaan terhadap trauma sebenarnya dan perlu dihadapi secara sensitif, menerima realitas perasaan dan menekankan kemampuan klien untuk menanganinya.

Dapat membantu klien mempertahankan pengendalian diri saat ansietas berada pada tingkat panik.

Meminimalkan stimulus, menurunkan ansietas dan menenangkan individu, serta membantu memutuskan siklus ansietas.

Ketika ansietas menurun maka klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

Meningkatnya kemampuan menghubungkan gejala dengan perasaan subjektif ansietas, memberi kesempatan bagi klien untuk memperoleh pemahaman dan membuat perubahan yang diharapkan.


Persepsi berdasarkan realitas akan membantu menurunkan rasa takut. Bagaimana perawat memandang situasi dapat membantu klien melihat situasi dengan cara yang berbeda.


Meningkatkan kesadaran terhadap komponen afektif ansietas dan cara mengendalikan serta mangatasinya. Menulis teurapetik dapat memberi kesempatan klien melepaskan kemarahan, stress, dan berduka, dan membuat pandangan baru.


Membantu klien memperoleh kembali rasa kendali diri dan mengenali makna trauma.

Dengan menyingkirkan perilaku maladaptif dapat meningkatkan kemampuan mengatasi ansietas dan menghadapi stress. Dengan menghentikan pikiran obsesif membuat klien menggunakan energinya untuk menghadapi ansietas yang mendasari, sambil terus merenungkan tentang kejadian yang secara aktual memperlambat pemulihan.


Pemberian penghargaan dan penguatan, mendorong penggunaan strategi koping yang baru. Dengan meningkatkan kemampuan menghadapi rasa takut dan memperoleh kendali diri terhadap situasi, meningkatkan keberhasilan menghadapi situasi yang akan datang.


Digunakan untuk menurunkan ansietas, meningkatkan alam perasaan, membantu dalam penanganan perilaku, dan memastikan klien dapat beristirahat hingga klien memperoleh kembali kendali diri. Sangat berguna dalam menekan pikiran intrusif dan marah yang meledak-ledak. Catatan: penelitian mengemukakan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti prozac lebih bermanfaat daripada antidepresan lain.

Menurunkan kegelisahan dan ansietas dengan menekan sistem saraf simpatis.

Mungkin digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antidepresan trisiklik atau antagonis reseptor betaadrenergik untuk melawan ambang rangsang bangkitan yang lebih rendah dalam sistem limbik otak.

Mungkin digunakan dalam bentuk kombinasi dengan Nardil atau Prozac untuk memulihkan ansietas dan insomnia. Catatan: gunakan secara hati-hati karena dapat terjadi beberapa derajat disinhibisi yang tidak dapat diprediksi.


Dosis rendah dapat digunakan untuk menurunkan gejala psikotik saat terjadi hilangnya hubungan dengan realitas, biasanya pada klien yang terutama mengalami gangguan kilas balik.

Jika digunakan oleh ahli terapi yang terlatih, metoda terapi jangka pendek ini efektif terutama pada individu yang pernah mengalami trauma atau yang memiliki masalah dengan ansietas dan depresi. Desensitisasi sistematik, menyusun dan menginterpretasi kembali memori yang ada mungkin dapat dicapai melalui hipnosis.

Tidak ada komentar: