Disfungsi sosial/ perubahan pola seksual | |
Dapat dihubungkan dengan :
| Perubahan seksual biopsikososial (stres respons pascatrauma). Hilangnya hasrat seksual. Kerusakan hubungan dengan orang terdekat |
Kemungkinan ditandai oleh:
| Perubahan dalam mencapai kepuasan/hubungan seksual dengan orang terdekat. Perubahan minat terhadap diri sendiri dan orang lain; preokupasi dengan diri sendiri. Iritasi, kurangnya afek. |
Kriteria Hasil | Mengungkapkan pemahaman alasan adanya masalah/perubahan seksual yang telah terjadi. Mengidentifikasi stres dalam gaya hidup yang berperan terhadap disfungsi tersebut. Menunjukkan peningkatan dan keterampilan komunikasi dan hubungan. Berpartisipasi dalam program yang dirancang untuk membangkitkan kembali hasrat aktivitas seksual. |
INTERVENSI | RASIONAL |
Mandiri Tanyakan secara langsung jika terdapat perubahan dalam fungsi seksual/jika ada masalah, lebih baik dalam sesi bersama.
Tentukan perilaku intim/kedekatan pasangan akhir-akhir ini dan bandingkan kualitas hubungan seksual sebelum trauma, jika sesuai.
Beri informasi tentang efek ansietas dan marah yang terjadi pada hasrat seksual/kemampuan melakukan hubungan seksual.
Anjurkan ekspresi perasaan dan emosi (mis.menangis) secara terbuka dan sesuai.
Bantu klien yang telah menjadi korban penganiyaan seksual (perkosaan) dan pasangannya untuk memahami keengganannya dalam berhubungan, melakukan sentuhan dengan pasangaannya/berhubungan seksual mengingatkannya pada peristiwa yang telah terjadi. Diskusikan penggunaan zat dan hubungannya dengan kesulitan seksual.
Tinjau ulang keterampilan relaksasi. (rujuk ke DK: Koping: Individu,ketidakefektifan).
Kolaborasi Rujuk pada sumber lain sesuai indikasi (mis.ahli terapi seks). |
Klien mungkin lebih memikirkan rincian trauma yang dialami dan mungkin tidak mengeluh tentang area hidup ini. Orang terdekat mungkin tidak mengenal kaitan trauma dengan perselisihan perkawinan/masalah seksual, dan kebersamaan dengan klien memberi kesempatan bagi mereka untuk berbicara secara realistik tentang apa yang telah terjadi. Catatan : Pria secara khusus telah kehilangan hasrat seksual dan kadang-kadang impotensi; wanita seringkali mengalami kurangnya kepuasan seksual dan anorgasmia. Dapat menampakkan masalah yang belum diakui sebelumnya oleh pasangan. Klien mungkin menyangkal adanya kesulitan, menyatakan dirinya ”sakit” atau ”perlu waktu untuk sembuh dari trauma”. Jika pasangan tidak mengetahui hal ini, sangat mudah untuk merasa tidak mencintai dan tidak peduli atau meyakini pasangannya memiliki hubungan dengan orang lain (selingkuh). Dengan pemahaman/pandangan terhadap penyebab, ansietas pasangan mungkin hilang, dan dukungan serta kasih sayang dapat diberikan pada klien. Klien/pasangan mungkin percaya bahwa mereka akan terbantu dengan menahan hasratnya dan satu sama lain tidak saling mengekspresikan adanya perasaan lemah, ketidakberdayaan, takut, dll. Klien mungkin mengalami kesulitan mengenali dan merasa malu dengan kenyataan bahwa kedekatan pasangannya merupakan pengingat terhadap trauma. Pasangan mungkin memandang keengganan klien sebagai penolakan dari klien. Beberapa klien menggunakan alkohol dan obat-obat lain untuk menumpulkan nyeri PTSD. Zat-zat ini mengganggu fungsi seksual, menyebabkan hilangnya hasrat dan ketidkmampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi. Catatan : Efek penggunaan alkohol secara kronis pada fungsi seksual wanita belum diketahui. Belajar untuk berelaksasi membantu penurunan ansietas dan membuat klien/pasangan berfokus pada belajar keterampilan untuk memperoleh kembali/meningkatkan fungsi seksual.
Teknik khusus mungkin digunakan untuk membantu pasangan memperoleh kembali tingkat kenyamanan/ kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas non-genital/genital dalam keintiman. |
Senin, 15 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar