PTSD
(Post Traumatic Stress Disorder)
Definisi
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kecemasan patologis yang umumnya terjadi setelah seseorang mengalami atau menyaksikan trauma berat yang mengancam secara fisik dan jiwa orang tersebut.
Pengalaman traumatik ini dapat berupa:
Trauma yang disebabkan oleh bencana seperti bencana alam (gempa bumi, banjir, topan), kecelakan, kebakaran, menyaksikan kecelakaan atau bunuh diri, kematian anggota keluarga atau sahabat secara mendadak.
Trauma yang disebabkan individu menjadi korban dari interperpersonal attack seperti: korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual, penyerangan atau penyiksaan fisik, peristiwa kriminal (perampokan dengan kekerasan), penculikan, menyaksikan perisiwa penembakan atau tertembak oleh orang lain.
Trauma yang terjadi akibat perang atau konflik bersenjata seperti: tentara yang mengalami kondisi perang, warga sipil yang menjadi korban perang atau yang diserang, korban terorisme atau pengeboman, korban penyiksaan (tawanan perang), sandera, orang yang menyaksikan atau mengalami kekerasan.
Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita individu seperti kanker, rheumatoid arthritis, jantung, diabetes, renal failure, multiple sclerosis, AIDS dan penyakit lain yang mengancam jiwa penderitanya.
Gejala
Tiga tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD adalah
Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan:
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami
flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan terulang kembali)
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang membuatnya sedih)
reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan:
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma.
kehilangan minat terhadap semua hal
perasaan terasing dari orang lain
emosi yang dangkal.
Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan:
susah tidur
mudah marah/tidak dapat mengendalikan marah
susah berkonsentrasi
kewaspadaan yang berlebih
respon yang berlebihan atas segala sesuatu
Akibat
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
Gejala gangguan fisik:
pusing,
gangguan pencernaan,
sesak napas,
tidak bisa tidur,
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan, berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang minimal. Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif (berulang-ulang).
Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.
Teori Etiologis
Psikodinamika
Ego klien telah mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman terhadap integritas fisik atau konsep diri. Hal ini menyebabkan ansietas berat yang tidak dapat dikendalikan oleh ego dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku simtomatik. Karena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan menyebabkan individu merasa bersalah terhadap kejadian traumatik tersebut. Id dapat menjadi domianan, menyebabkan perilaku impulsif tidak terkendali.
Biologis
Dari hasil penelitin, abnormalitas dalam penyimpanan, pelepasan, dan eliminasi katekolamin yang memengaruhi fungsi otak di daerah lokus seruleus, amigdala dan hipokampus. Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. Amigdala sebagai penyimpan memori. Hipokampus menimbulkan koheren naratif serta lokasi waktu dan ruang. Hiperaktivitas dalam amigdala dapat menghambat otak membuat hubungan perasaan dalam memorinya sehingga menyebabkan memori disimpan dalam bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan gejala-gejala fisik lain.
Dinamika Keluarga
Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan perkiraan yang signifikan terjadinya PTSD. Keberhasilan dalam pendidikan yang di bawah rata-rata, perilaku orang tua yang negatif, dan kemiskinan orang tua merupakan prediktor perkembangan PTSD.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Aktivitas atau istirahat
- gangguan tidur
- mimpi buruk
- hipersomnia
- mudah letih
- keletihan kronis
Sirkulasi
- denyut jantung meningkat
- palpitasi
- tekanan darah meningkat
- terasa panas
Integritas ego
- derajat ansietas bervariasi dengan gejal yang berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan
- gangguan stres akut à terjadi 2 hari – 4 minggu dalam 4 minggu peristiwa traumatik
- PTSD akut à gejala kurang dari 3 bulan
- PTSD kronik à gejala lebih dari 3 bulan
- Melambat à awitan sedikitnya 6 bulan setelah peristiwa traumatik
- kesulitan mencari bantuan atau menggerakkan sumber personal (menceritakan pengalaman pada anggota keluarga/teman)
- perasaan bersalah, tidak berdaya, isolasi
- perasaan malu terhadap ketidakberdayaan sendiri; demoralisasi
- perasaan tentang masa depan yang suram atau memendek
Neurosensori
- gangguan kognitif à sulit berkonsentrasi
- kewaspadaan tinggi
- ketakutan berlebihan
- ingatan persisten atau berbicara terus tentang suatu kejadian
- pengendalian keinginan yang buruk dengan ledakan perilaku yang agresif tidak dapat diprediksi atau memunculkan perasaan (marah, dendam,benci, sakit hati)
- perubahan perilaku (murung, pesimistik, berpikir yang menyedihkan, iritabel), tidak mempunyai kepercayaan diri, afek depresi, merasa tidak nyata, kehidupan bisnis tidak dipedulikan lagi
- ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motorik
Nyeri atau ketidaknyamanan
- nyeri fisik karena cedera mungkin diperberat melebihi keparahan cedera
Pernapasan
- frekuensi pernapasan meningkat
- dispneu
Keamanan
- marah yang meledak-ledak
- perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
- gagasan bunuh diri
Seksualitas
- hilangnya gairah
- impotensi
- ketidakmampuan mencapai orgasme
Interaksi sosial
- menghindari oarang/tempat/kegiatan yang menimbulakan ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa secara psikis, pemisahan emosi/mengasingkan diri dari orang lain
- hilangnya minat secara nyata pada kegiatan yang signifikan, termasuk pekerjaan
- pembatasan rentang afek, tidak ada respon emosi
Pengajaran atau pembelajaran
- terjadinya PTSD sering kali didahului atau disertai adanya penyakit/penganiyayan fisik
- penyalahgunaan alkohol atau obat-obat lain
Prioritas Keperawatan
- Memberi keamanan bagi klien/orang lain
- Membantu klien meningkatkan harga diri dan kemabali memperoleh perasaan pengendalian terhadap perasaan/tindakan.
- Mendorong pengembangan perilaku asertif, bukan perilaku agresif
- Meningkatkan pemahaman bahwa apa yang terjadi pada situasi sekarang secara signifikan dapat disebabkan oleh tindakannya sendiri.
- Membantu klien/keluarga untuk belajar cara yang sehat untuk menghadapi/beradaptasi secara realistik terhadap perubahan dan kejdian yang telah berlalu
Tujuan Pemulangan
- Meningkatkan citra diri
- Perasaan/reaksi individu diakui, diekspresikan dan dihadapi secara sesuai
- Meminimalkan komplikasi fisik
- Merencanakan/membuat perubahan gaya hidup yang sesuai
- Melaksanakan rencana untuk memenuhi kebutuhn setelah pulang